Entri Populer

Sabtu, 05 Januari 2013

GALAU SANG PERAWAN




Shinta melangkah ke dalam kampus. Meski usianya kini tak muda lagi, ia tetep ingin menyelesaikankuliahnya, Di usia yang ke 23 tahun, ia kini baru semester enam. Maklum tiga tahun ia di dera kebutaan total dan ke lumpuhan.
Setelah secara mengejutkan ia berhasil sembuh setelah mengalami kecelakaan kecil di kamar mandi, sejak saat itu Shinta tekun mengejar ketinggalannya.
Namun begiti, luka hati masa lalu membuatnya takut mengenal lelaki. Ia lebih suka bergaul dengan sesama cewek, dan menjauh dari lirikan lelaki. Akhirnya ia lulus SMU dengan aman meski tanpa cinta. Ia memasuki perguruan tinggi juga dengan hati yang beku dan jiwa yang dingin. Satu-satunya motiasi yang paling kuatdalam dirinya adalah mengejar ketinggalannya.
Namun di semester enam ini, Shinta merasa ada yang kurang  dalam hidupnya, kehangatan seorang lelaki. Sementara kakaknya sudah menikah dan memiliki anak satu. Apakah ia harus hidup sendiri terus.
Sebetulnya banyak cowok yang menaruh hati pada Shinta. Namun kebekuan hatinya membuat banyak cowok mundur teratur. Jarang yang tahu masa lalu Shinta. Karena cewek itu amat tertutup.
Hinngga suatu hari, Shinta terpeleset, ketikalewat tangga darurat. Untunglah di belakangnya berjalan cowok keren, beda jurusan itu. Yang dikenalnya sejak pertama kali ia masuk kampus.
“ Terima kasih, Lingga.!”
“Kau tak apa-apa, Shin?”
“Sedikit lecet, hanya dua tangga. Untung ada kamu. Kalau tidak, wah, entalah...”
“Biasanya kamu lewat lift?”
“Sejak ada kemacetan beberapa hari lalu aku takut lewat lift.”
“Tapi lewat tangga butuh kondisi yang fit dan cukup kuat. Apa kau lagi kurang sehat?”
“Engga tahu juga. Mungkin karena keletihan aja. Makasih Lingga...”
“Duduklah dulu, Shinta , istirahatlah, aku temani. Toh kuliah perdana masih lama. Lagipula kampus ini nanti siang ada tamu. Mungkin para dosen lagi persiapan menyambut tamu pejabat pemerintah yang akan datang. Jadi santai saja. Toh, ini jalur lirong. Jarang yang lewat tangga darurat ini.”
Shinta duduk, dan lingga Putra di dekatnya, menatap gadis cantik dengan rambut lurus sebahu itu.”
Gadis cantik ini sudah di kenalnya sejak mereka semester satu, tapi sikapnya selalu dingin terhadap laki-laki. Selama ini ia dengan cermat mengamati Shinta. Namun tak ada satupun teman cowok yang berdekatan dengannya. Makanya tadi ketika Lingga tak sengaja melihat Shinta sendirian memasuki ruang tangga darurat menuju lantai tujuh.
“Menurutku, meski sesekali lift macet, namun jika ingin naik , sebaiknya kau sabar menunggu lift. Jangan lewat jalur ini, Terlalu berat, kecuali turun. Itupun butuh kehati-hatian. Jika aku tak iseng mengikitimu , kau sudah jatuh ke bawah, bisa patah tulang kamu , Shinta...”
“Ya, aku ceroboh.”
“Aku heran padamu. Shinta.”
“Oh, ya?”
“Mengapa kau jarang berteman dengan cowok?” Lingga memancing. Ingin tahu.
“Ah, mereka rata-rata usianya jauh dibawahku. Tak enak rasanya.”
“Tapi kau juga jarang pulang bersama lelaki yang lebih tua darimu, kan?”
“Aku suka sendiri, Lingga.”
“emang  berapa usiamu sih?”
“Masa kamu tidak tahu....”
“Enggak, aku hanya tahu, kau di semester enam. Dan sebentar lagi kau semester tujuh. Hanya iti saja..”
“Usiaku sebetulnya menjelang 24 tahun, kadang aku malu menyebut usiaku. Sebab rata-rata temanku baru 20 tahun atau dua puluh satu. Aku sudah melewati  angka dua puluh tiga tahun. Dua bulanlagi aku sudah 24 tahun . Jika selesaikan kuliah tepat waktu nanti, usiaku sudah 25 atau 26 tahun.”
“Sama denganku...”
“Aku pernah sakit, Lingga.”
“Oh, ya? Sakit apa?”
“Buta dan lumpuh total. Ak pernah jatuh, dan kepala bagian belakangku terkena benuran. Setalah itu aku buta selama tiga tahun. Kakiku lumpuh, sulit kugerakkan.
 “Tapi kau sembuh?”
“Ya, enam tahun lalu, disaat usiaku 17 tahun, mau menginjak 18 tahun.”
“Berobat kemana?”
“Jatuh di kamar mandi, kepalaku bagian belakang membentur dinding kamar mandi, eh, malah aku bisa melihat kembali.”
“Lingga bengong. Ia menatap Shinta. Namun gadis itu kelihatan serius. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia sekedar cerita.
Shinta menunduk. Menarik nafas panjang. Bayangan sedih melintas saat ia buta total dan lumpuh kakinya. Ia seperti kehilangan gairah hidup.
Lingga tersenyum luruh. Tak banyak tahu masa lalu gadis itu. Namun hari ini Lingga mulai bisa menguak kehidupan gadis pendiam yang cantik dengan senyum penuh misteri itu.
“Shinta..”
“ya?”
“Kau pernah pacaran?”
“belum...”
“Masa?”
“Aku punya kenangan pahit terhadap cowok. Susah untuk menghilangkan kenangan itu. Bahkan jatuh cintapun, kenangan pahit itu membuatku ketakutan, trauma!”
“Begitukah?”
“Ya, sebuah catatan hitam untukku.”
“Jadi itu yang membuatmu dingin?”
“Aku takut, Lingga. Takut sekali.”
“Kau mau menceritakannya padaku?”
“Aku tak bisa...”
“Masalahnya apa?”
“Sudahlah, menguak kenangan lama hanya membuatku menangis, sebab setelah itu aku kecelakaan dan buta total, lumpuh kakiku. Aku bahkan sempat kehilangan hidupku. Nyaris aku tak mampu lagi melanjutkan pendidikanku...”
“Sejak itukah kau tak mau kenal lelaki?”
“Bukan tak mau kenal. Buktinya aku sama kamu bisa terbuka, berdua di tempat sepi, bukankah aku percaya sama kamu?”
“Tapi baru sekarang kau mau dekat denganku, bukan? Selama ini kau sering menghindariku. Kita memang kenal, tapi ngobrol berdua baru sekarang ini...”
“Aku butuh teman sepertimu, yang bisa kupercaya, Lingga. Dan untuk mempercayai cowok, aku butuh waktu. Berapa lama kita mengenal?”
“Tiga tahun, semenjak kita masuk ke kampus ini. Masih ingat?”
“Ya, butuh tiga tahun untuk menilaimu dengan benar. Dan sekarang agaknya, aku butuh dekat dengan lelaki.
“Kau mau membuka hatimu?”
“Belum, aku hanya ingin punya sahabat saja. Dan itu kau, jika kau tak keberatan.”
“Tiga tahun sudah cukup untuk tidak melakukan kesalahan. Kurasa aku tak salah menilaimu..”Kata Shinta jujur.
“Kalau ternyata salah...?
“Berarti kau seorang pemain sandiwara berbakat.”Kata Shinta getir.
“Apa yang kau tahu tentang diriku?”
“Tak akan kukatakan. Jika kau ingin bersahabat denganku, aku tak keberatan . Bukankah semuanya harus dimulai dari saling empati, saling menghargai ?”
“Benar ....”
“Dari sini kita mulai. Kita lihat saja apa yang kita dapatkan di hari esok.”
“Bisa temukan cinta ?”
“Mengapa kau berharap itu ?”
“Aku , entahlah ....”
“ Katakan Lingga , katakan dengan jujur , mengapa kau berharap temukan cinta? Bukankah itu berarti kau harus siap tersakiti juga ?”
“Kurasa begitu , aku mengagumimu.”
“Apa yang kau harapkan dariku ?”
“Tidak ada , hanya sebuah hati....”
“Hatiku hanya satu, dan sudah lama terluka. Sulit sembuhnya .”
“Aku akan mencoba mengobatinya .”
“Bisakah ?”
“Aku belum mencobanya ....”
“Jangan terlalu berharap. Nanti sakit.?
“Tapi tanpa harapan , hidup tak indah.”
“Benar?”
“Aku suka menikmati ayunan llangkahmu. Tatapanmu selalu luruh , tanpa makna.”
“Aku kehilangan makna hidup. Mungkinkah aku bisa menemukannya bersamamu?”
“Siapa tahu, bukan ?”
“Kita bisa melangkah  bersama dulu , Lingga , dengan hati bersih. Yang kita temukan di esok hari , kita coba rajut bersama .”
“ Aku setuju ....”
“Terima kasih.”
“Bagaimana jika kumulai dengan sebuah tawaran? Kita makan bersama, maukah kau mengabulkan permintaanku?”
“Dari hasil keringatmu?”
“Iya, aku habis terima gaji.”
“Baiklah ,,,, tak ada salahnya , kan ? tapi ingat Lingga. Jangan kau hancurkan kepercayaanku padamu.”
“Tentu ,aku tahu kok. Tak mudah mendapatkan kepercayaan darimu.”
“Aku juga tak butuh banyak teman saja. Satu juga cukup, jika ia bisa dipercayai.”
“ Terima kasih atas kepercayaanmu.”
`Kemudian mereka pun pergi ke rumah makan.
Sebuah rumah makan yang tenang dan tak banyak pengunjung, karena masih pagi, mereka duduk. Beberapa meja masih kosong. Jam di tangan Lingga Putra juga baru menunjukan angka sembilan lebih dua puluh menit.
“Kita tak ikut mata kuliah jam pertama?”
Tanya Shinta lirih.
Ia menatap Lingga yang sedang menulis daftar menu yang disodorkan pelayan.
“Tak ada dosen, aku sudah dengar isunya dosen lagi ada rapat kerja dengan deputi mentri. Hanya ada catatan, itu bisa kita fotokopy nantinya.”jawab Lingga.
“Kau bisa cabut seperti saat ini?”
“jarang juga sih ...”
“Tapi sekarang kau cabut?”
“Demi persahabatan kita. Harus dimulai, nanti kita selalu ragu-ragu. Jujur saja sudah lama aku menantikan kasempatan seperti ini tapi baru sekarang kau berikan waktu untukku.
Setelah selesai makan, mereka meluncur ke arah Ancol, sekedar mencari ketenangan, karena pagi itu mereka memang sedang ingin berdua saja. Ingin menenangkan perasaan.
Ombak berdebur riuh,sebagai musik alam. Laut membiru. Mentari berada di langit, cemerlang sinarnya. Segugus awan perak melintas di sebelahnya. Beberapa ekor burung camar beterbangan di atas permukaan laut. Sudah lama sekali Shinta tak menikmati suasana indah dan damai seperti itu. Lingga melempar batu kecil ke tengah laut. Sementara Shinta tertegun menatap hamparan laut lepas yang membiru. Jarak mereka agak berjauhan.
Kemudian lingga pun mendekat ke dekat Shinta, cowok itu terus menatap gadis yang di sebelahnya itu.
“Shin...”
“ya?”
“Aku mencintaimu.”
“ Jangan menyesal, Lingga.”
“Tidak akan terjadi itu. Sudah lama aku tak perduli siapa kau. Aku sayang kamu,”desah cowok keren dengan penampilan sederhana itU. Tak ada kesan glamour. Ia lelaki biasa. Namun dari kesederhanaan itu, Shinta merasakan kelembutan yang tulus.

Jumat, 04 Januari 2013

PERANAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN


PERANAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5aeAbu1TV6ftr6dcgBmRFAOVlg2jG1rNbP03VgsOr1ro_r0S83i9-4N47atEZiW16a1Oux-VRyYXRhNbBj2DapemSk6qcvrq692AV9WqnfwMTtDrpHrPzLUhJfCY90QxuVoRdHeHB4a8/s320/STKIP.jpg

Diajukan Sebagai Tugas Individu :
                                         Mata Kuliah :  Konsep Dasar dan Pengembangan Kurikulum
             Dosen           :  Drs. Wahyudin Zufri, M.Pd

Disusun Oleh :
Ika Setia Rahmawati
( 40211096 )
PGSD3/3




PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP ISLAM BUMIAYU
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Sejak digulirkannya reformasi dalam penyelenggaraan pemerintah di Indonesia, pemerintah bersama seluruh komponen bangsa berupaya untuk membangun sistem pendidikan nasional yang sesuai dengan aspirasi reformasi itu sendiri termasuk membangun bangsa yang berakhlak mulia, cerdas, dan kompetitif, serta memiliki jatidiri bangsa.
Dalam upaya tersebut, profesionalisme guru merupakan salah satu aspek yang menjadi titik tumpu strategi pembangunan sistem pembangunan pendidikan nasional di Indonesia. Gerakan reformasi pendidikan ini diantaranya dimulai dengan pencanangan pekerjaan guru sebagai profesi oleh Soesilo Bambang Yudhoyono selaku Presiden RI pada peringatan Hari Guru Tahun 2005. Selanjutnya, berpegang kepada keputusan politik ini, untuk mendapatkan payung hukum terhadap penyelesaian permasalahan, kualitas, kesejahteraan, dan distribusi, dan masalah lain yang terkait dengan guru, pada tahun yang sama tepatnya pada bulan Desember 2005 pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Bab I Ketentuan Umum,pasal I).
B.Tujuan
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan dapat mengetahui peranan – peranan kepala sekolah dan guru dalam meningkatkan mutu dunia pendidikan.
C. Rumusan Masalah
a.       Bagaimana mutu pendidikan di sekolah?
b.      Jelaskan kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan disekolah?
c.       Bagaimana peran guru dalam meningkatkan pendidikan ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. MUTU PENDIDIKAN DISEKOLAH
Salah satu indikator keberhasilan kepemimpinan seorang kepala sekolah diukur dari mutu pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan (Depdiknas, 2001:5). Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain dengan mengintegrasikan input sekolah sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah yang dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, dan moral kerjanya.
Dalam konsep yang lebih luas, mutu pendidikan mempunyai makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu (Surya, 2002:12).
Proses pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada dalam sekolah itu sendiri dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend dan Butterworth (1992:35) dalam bukunya Your Child’s Scholl, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang bermutu, yakni keefektifan kepemimpinan kepala sekolah; partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf; proses belajar-mengajar yang efektif;pengembangan staf yang terpogram; kurikulum yang relevan; memiliki visi dan misi yang jelas; iklim sekolah yang kondusif; penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan; komunikasi efektif baik internal maupun eksternal; serta keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.
Berdasarkan konsep mutu pendidikan tersebut maka dapat dipahami bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan.Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to improve student achievement).
Selama tahun 2002 dunia pendidikan nasional ditandai dengan berbagai perubahan yang datang bertubi-tubi, serempak, dan dengan frekuensi yang sangat tinggi. Belum tuntas sosialisasi perubahan yang satu, datang perubahan yang lain. Beberapa inovasi yang mendominasi panggung pendidikan selama tahun 2002 antara lain adalah Pendidikan Berbasis Luas (PBL/BBE) dengan life skills-nya, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK/CBC), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS/SBM), Ujian Akhir Nasional (UAN) pengganti EBTANAS, pembentukan dewan sekolah dan dewan pendidikan kabupaten/kota. Setiap pembaruan tersebut memiliki kisah dan problematiknya sendiri. Fenomena yang menarik adalah perubahan itu umumnya memiliki sifat yang sama, yakni menggunakan kata berbasis (based). Bila diamati lebih jauh, perubahan yang “berbasis” itu umumnya dari atas ke bawah; dari pusat ke daerah; dari pengelolaan di tingkat atas menuju sekolah; dari pemerintah ke masyarakat; dari sesuatu yang sifatnya nasional menuju yang lokal. Istilah-istilah lain yang populer dan memiliki nuansa yang sama dengan “berbasis” adalah pemberdayaan (empowerment), akar rumput (grass-root), dari bawah ke atas (bottom up), dan sejenisnya.
Simak saja label-label perubahan yang dewasa ini berseliweran dalam dunia pendidikan nasional (kadang-kadang dipahami secara beragam): manajemen berbasis sekolah (school based management), peningkatan mutu berbasis sekolah (school based quality improvement), kurikulum berbasis kompetensi (competence based curriculum), pengajaran/pelatihan berbasis kompetensi (competence based teaching/training), pendidikan berbasis luas (broad based education), pendidikan berbasis masyarakat (community based education), evaluasi berbasis kelas (classroom based evaluation), evaluasi berbasis siswa (student based evaluation) dikenal juga dengan evaluasi portofolio, manajemen pendidikan berbasis lokal (local based educational management), pembiayaan pendidikan berbasis masyarakat (community based educational financing), belajar berbasis internet (internet based learning), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan entah apa lagi.
Supriadi (2002:17) mengatakan: “orang yang mendalami teori difusi inovasi akan segera tahu bahwa setiap perubahan atau inovasi dalam bidang apa pun, termasuk dalam pendidikan, memerlukan tahap-tahap yang dirancang dengan benar sejak ide dikembangkan hingga dilaksanakan”. Sejak awal, berbagai kondisi perlu diperhitungkan, mulai substansi inovasi itu sendiri sampai kondisi-kondisi lokal tempat inovasi itu akan diimplementasikan. Intinya, suatu perubahan yang mendasar, melibatkan banyak pihak, dan dengan skala yang luas akan selalu memerlukan waktu. Suatu inovasi mestinya jelas kriterianya, terukur dan realistik dalam sasarannya, dan dirasakan manfaatnya oleh pihak yang melaksanakannya.
Banyak inovasi pendidikan yang diluncurkan di Indonesia dewasa ini kurang dihayati secara penuh oleh pelaksananya (termasuk kepala sekolah), di samping secara konseptual “cacat sejak lahir”, serba tergesa-gesa, serba instan, targetnya tidak realistik, didasari asumsi yang linier seakan-akan suatu inovasi akan bergulir mulus begitu diluncurkan dan secara implisit dimuati obsesi demi menanamkan “aset politik” di masa depan. Maka sudah barang tentu inovasi model seperti ini mengandung risiko kegagalan yang besar.

B. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
 Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Yang dimaksud dengan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam (Sadili Samsudin,2006:287) adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuantertentu.
Sementara R. Soekarto Indrafachrudi (2006:2) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu. Kemudian menurut Maman Ukas (2004:268) kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah adalah seorang pemimpin sekolah atau pemimpin suatu lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. (Wahjosumidjo,2002:83). Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah. (Rahman, 2006:106). Kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Kepala sekolah diangkat melalui prosedur serta persyaratan tertentu yang bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan yang mengimplikasikan meningkatkanya prestasi belajar peserta didik. Kepala sekolah yang professional akan berfikir untuk membuat perubahan tidak lagi berfikir bagaimana suatu perubahan sebagaimana adanya sehingga tidak terlindas oleh perubahan tersebut. Untuk mewujudkan kepala sekolah yang professional tidak semudah membalikkan telapak tangan, semua itu butuh proses yang panjang.Namun kenyataan dilapangan masih banyak kepala sekolah yang tidak menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan ini disebabkan karena dalam proses pengangkatannya tidak ada trasnfaransi, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat serta banyak faktor penghambat lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output).
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud.
Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Kepala sekolah sebagai pemimpin pada sebuah lembaga pendidikan formal, punya peran sangat penting dan menentukan dalam membantu para guru dan muridnya.Didalam kepemimpinnya kepala sekolah harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkunagn sekolah secara menyeluruh.Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yang dipimpinnya, seorang kepala sekolah harus mampu meningkatkan kinerja para pendidik (baca: guru) termasuk tenaga kependidikan yang berada di bawah kewenangannya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang guru.Maka sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, seorang kepala sekolah harus mampu memberikan energi positif yang mampu menggerakkan para guru untuk melaksanakan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab sehingga kinerja mereka menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.Sebagai pemimpin yang mempunyai pengaruh, seorang kepala sekolah harus terus berusaha agar ide, nasehat, saran dan (jika perlu)instruksi dan perintah dan kebijakannya di ikuti oleh para guru binaannya. Dengan demikian ia dapat mengadakan perubahan-perubahan dalam cara berfikir, dalam bersikap dan dalam bertindak atau berperilaku. Maka menjadi tuntutan bagi seorang kepala sekolah harus selalu merefresh pengetahuan dan wawasan keilmuannya agar nantinya dapat mendukung tugasnya sebagai seorang pimpinan.
Banyak faktor penghambat tercapainya kualitas kepemimpinan seorang kepala sekolah seperti proses pengangkatannya tidak transparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas dan seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit serta banyak faktor lain yang menghambat kinerja seorang kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada lembaga yang dipimpinnya. Ini mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses dan output).
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, kepala sekolah harus melakukan pengelolaan dan pembinaan terhadap seluruh komponen sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemampuan manajerial seorang kepala sekolah.Sehubungan dengan itu, kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi, membangun, mengoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Disamping itu, kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan berfungsi mewujudkan hubungan manusiawi (human relationship) yang harmonis dalam rangka membina dan mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara serempak bergerak kearah pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab yang dalam bahasa sekarang dikemas dalam istilah profesional.Oleh karena itu, segala penyelenggaraan pendidikan akan mengarah kepada usaha meningkatkan mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru dalam melaksanakan tugasnya secara operasional. Untuk itu kepala sekolah harus melakukan supervisi sekolah yang memungkinkan kegiatan operasional itu berlangsung dengan baik.
v  Profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah
Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang(Kusnandar (2007:46).Profesionalisme merupakan sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya(Mohamad Surya, 2007:214).
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu seorang kepala sekolah haruslah orang yang profesional. Secara profesional seorang kepala sekolah memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
       a. Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Segala informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus selalu terpantau oleh kepala sekolah.
       b. Kepala sekolah bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah.
       c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pendistribusian tugas secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.
       d. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.
       e. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik.Untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.
       f. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya aliansi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, komite sekolah dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.
       g.  Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai forum pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi dari sekolah yang dipimpinnya.
       h. Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa masalah. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dan kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan, kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut (Wahjosumidjo (2002:97).
Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua adalah seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengetahui perannya. Adapun peran kepala sekolah dalam menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (a)Peranan hubungan antar perseorangan; (b) Peranan informasional; (c) Sebagai pengambil keputusan.
v  Peranan hubungan antar perseorangan meliputi :
Figureheadyang berarti lambang dengan pengertian kepala sekolah sebagai lambang sekolah; Kepemimpinan (Leadership) artinyakepala sekolah adalah pemimpin yang harus mampu menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat melahirkan etos kerja dan produktifitas yang tinggi untuk mencapai tujuan; Penghubung (liasion) artinyakepala sekolah menjadi penghubung antara kepentingan sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara guru (pendidik), tenaga kependidikan dan peserta didik (siswa).
v  Peranan informasional meliputi :
kepala sekolah sebagai monitor artinyakepala sekolah harus selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan muncul informasi-informasi baru yang berpengaruh terhadap sekolah yang dipimpinnya; kepala sekolah sebagai disseminator artinyakepala sekolah bertanggungjawab penuh untuk menyebarluaskan dan membagi-bagi informasi kepada para guru (pendidik), tenaga kependidikansertaorang tua siswa; kepala sekolah sebagai spokesman artinyakepala sekolah memiliki tugas menyebarkan informasi kepada lingkungan di luar sekolah yang dianggap perlu.


v  Peran Kepala Sekolah

a. Sebagai pengambil keputusan
Enterpreneurartinyakepala sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam ide dan gagasan pemikiran berupa program-program yang baru serta melakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul di lingkungan sekolah; Disturbance handler (orang yang memperhatikan gangguan) artinyakepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil; A Resource Allocater (orang yang menyediakan segala sumber) artinya kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan harus didelegasikan; A negotiator rolesartinyakepala sekolah harus mampu mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memenuhi kebutuhan sekolah.

b. Pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah
Banyak faktor yang dapat menghambat tercapainya kualitas profesional kepemimpinan kepala sekolah, antara lain berkaitan dengan proses pengangkatan seorang kepala sekolah yang tidak transparan, rendahnya motivasi dan etos kerja, kurangnya disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas, seringnya datang terlambat, sempitnya wawasan kepala sekolah, serta banyak faktor lain.
Wadah-wadah yang telah dikembangkan dalam pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah cukup banyak seperti Musyawarah Kepala Sekolah (MKS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) sertaPusat Kegiatan Kepala Sekolah (PKKS).Disamping itu peningkatan dapat dilakukan melalui pendidikan dengan program sarjana atau pasca sarjana bagi para kepala sekolah sesuai dengan bidang keahliannya, sehingga tidak terlepas dari koridor disiplin ilmu masing-masing.Dengan mengefektifkan MKKS semua kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam kegiatan pendidikan dapat dipecahkan, dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Kelompok diskusi profesi juga sangat penting artinya sehingga perlu dibentuk untuk mengatasi tenaga kependidikan yang kurang semangat dalam melakukan tugas-tugas kependidikan di sekolah. Kelompok diskusi profesi dapat melibatkan pengawas sekolah, komite sekolah atau orang lain yang ahli dalam memecahkan masalah yang dihadapi kepala sekolah dan tenaga kependidikan.
Hal lain adalah tersedianya buku yang dapat menunjang kegiatan sekolah dalam mendorong visi menjadi aksi. Karena akan sangat sulit untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme kepala sekolah jika tidak ditunjangkan oleh sumber belajar yang memadai.
Selain itu kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh yang berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan manajemen mutu terpadu (MMT) atau kalau dunia bisnis dikenal dengan nama total quality management (TQM), yang merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus-menerus memperbaiki kualitas layanan.Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar “pelanggan” puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), dan cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness)
Dalam menumbuhkan kepala sekolah yang profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan di sekolah diperlukan adanya peningkatan disiplin untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi kerja, serta menciptakan budaya kerja dan budaya disiplin para tenaga kependidikan dalam melakukan tugasnya di sekolah.

C. PERAN GURU DISEKOLAH
Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan. Ruh pendidikan sesungguhnya terletak dipundak guru. Bahkan, baik buruknya atau berhasil tidaknya pendidikan hakikatnya ada di tangan guru. Sebab, sosok guru memiliki peranan yang strategis dalam ”mengukir” peserta didik menjadi pandai, cerdas, terampil, bermoral dan berpengetahuan luas. Namun kini banyak gelombang aksi tuntutan mengenai profesionalisme guru.  Eksistensi guru menjadi bagian inheren yang tidak dapat dipisahkan dari satu kesatuan interaksi pedagogis dalam sistem pengelolaan pengajaran pendidikan (sekolah). Dalam pengamatan penulis, tuntutan tersebut sejalan dengan cita-cita yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Karena itu, sikap profesionalisme dalam dunia pendidikan (sekolah), tidak sekadar dinilai formalitas tetapi harus fungsional dan menjadi prinsip dasar yang melandasai aksi operasionalnya. Tuntutan demikian ini wajar karena dalam dunia modern, khususnya dalam rangka persaingan global, memerlukan sumber daya manusia yang bermutu dan selalu melakukan improvisasi diri secara terus menerus. Sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga pendidik atau guru merupakan cetak biru (blueprint) bagi penyelenggaran pendidikan.
Seorang guru yang baik adalah mereka yang memenuhi persyaratan kemampuan profesional baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar atau pelatih. Di sinilah letak pentingnya standar mutu profesional guru untuk menjamin proses belajar mengajar dan hasil belajar yang bermutu.
Secara umum banyak sekali peranan guru yang mesti dilakukan dalam melaksanakan tugas di sekolah, namun secara profesional menurut Sutan Zanti Arbi (1992 : 134), meliputi tugas mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti pemberian bimbingan kepada siswa (anak didik) agar potensi yang dimilikinya berkembang seoptimal mungkin dan dapat meneruskan serta mengembangkan nilai-nilai kehidupan.
Mengajar berarti memberikan pengajaran dalam bentuk penyampaian pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor) pada diri siswa agar dapat menguasai dan mengembangkan ilmu dan teknologi.
Melatih berarti mengembangkan keterampilan tertentu agar siswa mengalami peningkatan kemampuan kerja yang memadai.
Dalam melaksanakan tugas ini guru disamping menguasai materi yang akan diajarkan, dituntut pula memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, juga dituntut untuk selalu mencari gagasan-gagasan baru (inovasi), dengan tujuan penyempurnaan kegiatan belajar mengajar, yang akan menentukan keberhasilan pendidikan.

Dalam menghadapi berbagai perubahan dan perkembangan zaman yang menuntut pembaharuan dalam pendidikan, maka hendaklah guru berperan sebagai berikut :
a. Guru bersikap terbuka dan peka terhadap perubahan
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, guru harus senantiasa bersikap terbuka dan peka terhadap berbagai aspirasi atau kritikan yang muncul dari manapun datangnya, sehingga sekolah menjadi agen perubahan dan para guru menjadi pendukung utamanya.
Dengan sikap ini akan mendorong para guru untuk terus-menerus memperbaiki kinerja guna menciptakan suasana sekolah yang lebih bermutu, sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan berbagai
pihak. Disamping itu akan tercipta situasi yang demokratis, yang memotivasi untuk selalu mencari alternatif terbaik dalam pemecahan masalah yang dihadapi sekolah.
b. Guru sebagai agen pembaharuan
Rogers et. al (1983 : 312), menjelaskan pengertian agen pembaharuan sebagai berikut: "A change agent is an individual who influencies clients, innovation decisions in a direction deemed desirable by a change agency". Seorang agen pembaharuan adalah seseorang yang mempengaruhi keputusan inovasi para klien (sasaran) ke arah yang diharapkan oleh lembaga pembaharuan. Dengan demikian, seorang agen pembaharu berperan sebagai penghubung antara pembaharu dengan sasarannya.
Guru sebagai pembaharu dapat berperan serta dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  1. Invention (penemuan), meliputi penemuan hal-hal baru dalam aspek tertentu dalam pendidikan. Tahap ini diawali dengan pengenalan masalah, penelitian, dan perumusahan masalah secara lebih spesifik dan tajam. Misalnya mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran membaca Al Qur'an dengan waktu yang relatif singkat.
  2. Development (pengembangan), meliputi saran alternatif pemecahan masalah, percobaan dan penelitian, percobaan kembali, penilaian dan seterusnya. Misalnya setelah dicoba dan diteliti berkali-kali ternyata metode Iqro yang lebih efektif digunakan untuk melatih membaca Al-Qur'an dengan waktu yang singkat.
  3. Diffusion (penyebaran), mencakup penyebaran ide-ide baru kepada sasaran penerimanya. Misalnya setelah terbukti efektif, metode Iqro disebarkan kepada masyarakat.
Dalam hal ini guru hendaklah berkemampuan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki mutu praktek proses pembelajaran.
c. Guru sebagai adopter (penerima) inovasi
Menurut Rogers (1971), terdapat lima kategori adopter dalam menerima suatu inovasi, yaitu:
  1. Inovator, memiliki ciri dan sifat gemar meneliti dan mencoba gagasan baru sekalipun harus beresiko.
  2. Pelopor, memiliki ciri dan sifat suka meneliti terlebih dahulu terhadap ide baru sebelum memutuskan untuk menggunakannya.
  3. Pengikut awal, menerima ide baru hanya beberapa saat setelah yang lain menerimanya dengan berbagai pertimbangan.
  4. Pengikut akhir, menerima ide baru setelah pada umumnya menerima. Hal ini karena ada kepentingan lain.
  5. Lagard (tradisional), berwawasan sempit, referensinya masa lalu dan tidak memahami ide-ide baru.
Dengan multi peran guru, baik sebagai pendidik, pengajar, pelatih, peneliti, maka dituntut berbagai kemampuan dan keterampilan dalam menjalankan tugas, karena keberhasilan pendidikan sangat ditentukan dengan kinerja guru sebagai praktisi terdepan dalam pendidikan. Perkembangan zaman memberi isyarat bahwa guru harus mampu bersikap dinamis dan sekaligus pembaharu (inovator) dalam bidang pendidikan.

WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.

1)  Peran guru sebagai pendidik (nurturer)
merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.

2)  Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak
Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

3) Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar
Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.

4)  Peran guru sebagai pelajar (leamer)
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.




5)  Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan
Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

6)  Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat
Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.

7)  Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.












BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya ikut merambah dunia pendidikan, sehingga menuntut seorang kepala sekolah yang professional. Untuk itu kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah dan berkesinambungan. Peningkatan profesionalisme kepala sekolah perlu dilaksanakan secara berkeinambungan dan terencana dengan melihat permasalahan-permasalahan dan keterbatasan yang ada, sebab kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang juga bertanggung jawab dalam meningkatkan profesionalisme pendidik (guru) serta tenaga kependidikan lainnya. Kepala sekolah yang professional akan mengetahui kabutuhan dunia pendidikan. Dengan begitu kepala sekolah akan melakukan penyesuaian-penyesuaian agar pendidikan berkembang dan maju sesuai dengan kebutuhan pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Saran

Dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan profesionalisme kepala sekolah harus ada pihak yang berperan dalam peningkatan mutu tersebut. Dan yang berperan dalam peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah pengawas sekolah yang juga merupakan pemimpin pendidikan yang bersama-sama kepala sekolah memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan sekolah. Upaya peningkatan keprofesionalan kepala sekolah tidak akan terwujud begitu saja tanpa adanya motivasi dan adanya kesadaran dalam diri kepala sekolah tersebut serta semangat mengabdi yang akan melahirkan visi kelembagaan maupun kemampuan konsepsional yang jelas. Jadi agar peningkatan keprofesionalan guru dan kepala sekolah harus harus didasari dengann kesadaran dan adannya motivasi agar sekolah menghasilkan keluaran – keluaran yang berkualitas.




DAFTAR PUSTAKA

·         Danim, Sudarwan,Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan,Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.
·         E. Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
·         Indarafachrudi, Soekarto, Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif, Bogor: Ghalia Indonesia, 2006.
·         Kusnandar, Guru Profesional, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007.
·         Rahman (at all),Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,Jatinangor: Alqaprint, 2006.
·         Sagala, Syaiful,Administrasi Pendidikan Kontemporer,Bandung: Alfabeta, 2002.
·         Samsudin, Sadili, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006.
·         Surya, Muhammad, Organisasi profesi, kode etik dan Dewan Kehormatan Guru, 2007.
·         Toha, Miftah,Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2003.
·         Ukas, Maman,Manajemen, Bandung: Agini, 2004.
·         Uzer, Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
·         Wahjosumidjo,Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.